PRASANGKA
SOSIAL
Makalah ini di susun
untuk memenuhi tugas BK Sosial
Dosen Pengampu : Cici
Yulia, M.Pd
Disusun oleh:
Alfian
Rinaldi NIM.1601015037
Ema
Nurlita NIM.1601015055
Khalfia
Hairin Meydanisa NIM.1601015126
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ilmiah tentang Prasangka Sosial.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, 23
Oktober 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam berinteraksi anatara individu dalam suatu
kelompok atau masyarakat kadang-kadang ditemukan orang-orang yang menunjukan
prasangka terhadap individu atau sekelompok orang tertentu. Prasangka adalah
sikap negative terhadap sesuatu. Objek pasangka dapat individu, kelompok, atau
ras. Prasangka terhadap kelompok disebut stereotip. Keduanya dapat mengakibatkan
timbulnya diskriminasi.
Prasangka dan diskriminasi merupakan dua istilah yang
sangat berkaitan. Prasangka merupakan sikap, sedangkan diskriminasi merupakan
tindakan. Seseorang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif
terhadap ras yang diprasangkanya. Sekalipun demikian, bisa saja seorang
bertindak diskriminatif tanpa didasari oleh prasangka ataupun sebaliknya,
seseorang yang berprasangka dapat bertindak bertindak tidak diskriminatif.
Prasangka mengandung unsur emosi (suka-tidak suka) dan
pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, tanpa diawali dengan pertimbangan yang
cermat. Biasanya ada unsur ketidakadilan dalam prasangka karena keputusan yang
diambil didasarkan atas penilaian yang lebih subjektif atau emosional daripada
pertimbangan berdasarkan fakta subjektif. Tentu adanya prasangka ini dapat
menganggu interaksi seseorang dengan orang yang diprasangkainya dan dapat
mengganggu interaksi dalam kelompoknya dan mereka menjadi anggota. Hal
tersebutlah yang menlatar belakangi penulis dalam membuat makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka yang menjadi rumusan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu konsep dasar prasangka sosial
?
2. Apa saja sumber prasangka social
?
3. Bagaimana dampak prasangka social ?
4.
Bagaimana
upaya mereduksi prasangka social ?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan malakah ini
adalah :
1. Mengetahui konsep dasar prasangka sosial
2. Mengetahui sumber prasangka social
3. Mengetahui dampak prasangka social
4.
Mengetahui
upaya mereduksi prasangka social
BAB II
PRASANGKA SOSIAL
A.
Konsep
Dasar Prasangka Sosial
1.
Pengertian
Prasangka Sosial
Prasangka
merupakan sikap (biasanya negatif) kepada anggota kelompok tertentu yang hanya
didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok. Misalnya, karena pelaku
pemboman di Bali adalah orang Islam yang berjanggut lebat, seluruh orang Islam
terutama yang berjanggut lebat, dicurigai memiliki iktikad buruk untuk meneror.
Menurut Daff
dalam Bambang Samsul Arifin (2015:186) memberikan definisi prasangka lebih spesifik,
yaitu kecenderungan untuk menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan
dari umumnya orang dalam hal seksualitas, ras, etnis, atau yang memiliki kekurangan
pada kemampuan fisik.
2.
Komponen
Pendukung Prasangka
Menurut
Poortinga dalam Bambang Samsul Arifin (2015:188) prasangka memiliki tiga faktor utama, yaitu
stereotip, jarak sosial, dan sikap diskriminasi . stereotip memunculkan
prasangka, lalu karena prasangka, terjadi jarak sosial dan setiap orang yang
berprasangka cenderung melakukan diskriminasi.
a. Stereotip
Stereotip adalah
kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu kelompok
terhadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain.
Stereotip
berfungsi menggambarkan realitas antarkelompok, mendefinisikan kelompok dalam
kontras dengan yang lain, membentuk image kelompok lain (dan kelompok sendiri)
yang menerangkan, merasionalisasi, dan menjustifikasi hubungan antarkelompok
dan perilaku orang pada masa lalu, sekarang, dan akan datang di dalam suatu
hubungan.
Melalui
stereotip, kita bertindak menurut sesuatu yang dianggap sesuai terhadap
kelompok lain. Misalnya, terhadap etnis
Jawa memiliki stereotip lemah lembut dan kurang suka berterus terang, kita akan
bersikap selembut-lembutnya dan berusaha untuk tidak mempercayai begitu saja
apa yang diucapkan mereka.
b. Jarak
Sosial
Jarak sosial
merupakan satu posisi yang diberikan oleh anggota kelompok yang berprasangka
kepada kelompok lain dalam persoalan simpati. Jarak sosial adalah jarak
psikologis yang terdapat di anatara dua orang atau lebih yang berpengaruh
terhadap keinginan untuk melakukan kontak sosial yang akrab. Jauh dekatnya
seseorang dengan orang lain dapat dilihat dari ada atau tidaknya keinginan
berikut:
1) Saling
berbagi
2) Tinggal
dalam pertetanggan
3) Bekerja
bersama
4) Berkaitan
dengan pernikahan
c. Diskriminasi
Diskriminasi
adalah perilaku menerima atau menolak seseorang berdasarkan keanggotaannya
dalam kelompok. Misalnya, banyak perusahaan yang menolak memperkerjakan
karyawan dari etnis tertentu. Ada pula organisasi yang hanya menerima anggota
dari etnis tertentu meskipun organisasi tersebut sebagai organisasi publik yang
terbuka untuk umum.
3.
Penyebab
terjadinya Prasangka Sosial
Menurut David L.Watson dalam Bambang
Samsul Arifin (2015:193) yang mengemukakan lima penyebab prasangka sosial,
yaitu:
a. Situational
Causes (Penyebab yang Bersifat Situasional)
Misalnya, pada saat kampanye
pemilihan umum, orang dalam partai politik saling berprasangka satu sama lain.
b. Historical
Explanations (Penjelasan Bersifat Sejarah)
Meskipun penjelasan yang bersifat
sejarah merupakan penjelasan awalpangkal prasangka terhadap kelompok tertentu,
faktor-faktor lain juga harus dipertimbangkan
c. Scapegoating
(Kambing Hitam)
Ketika sumber kekecewaan tidak
dapat digunakan membalas dendam sebab hal ini sumber prasangka juga mempunyai
kekuatan penuh atau tidak dapat dicapai, suatu kelompok melalui orang yang
berprasangka menawarkan yang secara sosial dapat diterima.
d. Competition
(Persaingan)
Persaingan antarkelompok mungkin
membimbing ke arah prasangka dan diskriminasi
e. Economical
Explanations (Penjelasan Ekonomi)
Teori penjelasan ekonomi berisi
bahwa prasangka dan diskriminasi terjadi karena melengkapi kelompok dalam
kekuatan.
B.
Sumber
Prasangka : Perbedaan Pandangan
1.
Konflik
Langsung Antarakelompok: Kompetisi Sebagai Sumber Prasangka
Kenyataan ini berfungsi sebagai
dasar untuk, mungkin menjelaskan prasangka yang paling tua-Teori Konflik Realistik (contoh, Bobo, 1983) dalam Baron and Byrne
(2003). Menurut pandangan ini, prasangka berarkar dari kompetisi antar-kelompok
social, untuk memperoleh komoditas berharga atau kesempatan. Pendeknya,
prsangka berkembang dari perjuangan untuk memperoleh pekerjaan, perumahan yang
layak, dan hasil yang dinginkan. Teori tersebut lebih jauh lagi menyatakan
bahwa kompetisi seperti itu terus berlanjut, anggota kelompok yang terlibat di
dalamnya mulai memandang satu sama lain dalam pandangan negative yang terus
meningkat. Contoh, tawuran remaja, tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang
turun temurun pada sekolah tersebut. umumnya kelompok pelajar (geng) memiliki
pandangan negative kepada kelompok pelajar (geng) sekolah lain terlebih apabila
tawuran yang menjadi tradisi pada sekolah tertentu.
2.
Pengalaman
awal
Berdasarkan pandangan proses belajar social, anak memperoleh
sikap negative dari melalui berbagai kelompok social karena mereka mendengar
pandangan tersebut diekspresikan oleh orang tua, guru, teman, dan orang lain,
dank arena mereka secara langsung diberika reward
(berupa cinta, pujian, dan persetujuan) untuk mengadopsi
pandangan-pandangan ini. Pengalaman berinteraksi langsung dengan orang yang
termasuk dalam kelompok lain juga membentuk sikap rasial dan dua aspek
prasangka lain-mempertimbangkan tingkah laku berdasarkan prasangka dan menahan
diri ketika berinteraksi dengan orang yang bersal dari luar kelompok kita
(terutama untuk menghindari pertengkaran atau kejadian yang tidak menyenangkan
dengan mereka; Fazion & Towles-Schwen, 1999 dalam Baron and Byrne, 2003).
Hasil penelitian mengidentifikasi bahwa derajat prasangka orang tua dan
pengalaman langsung seseorang dengan kelompok minoritas di masa kanak-kanak
memainkan peran penting dalam membentuk prasangka rasial. Contoh, Santi sejak
kecil sering mendengar orangtuanya melontarkan komentar-komentar negatif
terhadap orang dari golongan etnis Tionghoa, maka Santi juga akan ikut meyakini
pandangan negatif orang tuanya tentang etnis Tionghoa tersebut. Selain itu, media
massa juga memiliki peran dalam pembentukkan prasangka.
3.
Kategori
Sosial
Menurut teori model identitas in-group umum,
ketika individu yang termasuk dalam kelompok social yang berbeda memandang
diririnya sebagai anggota
dari satu kesatuan social; sikap mereka terhadap satu sama lain menjadi lebih
positif. Sikap yang lebih baik ini kemudian mendorong peningkatan kontak
positif anatara anggota kelompok yang sebelumnya terpisah, dan hal ini, pada
gilirannya menurun lebih jauh bias antarkelompok. Geartner dan koleganya (1990)
dalam Baron and Byrne (2003) menyatakan bahwa sebuh factor kursial adalah
pengalaman kerja sama. Ketika individu yang awalnya termasuk dalam
kelompok-kelompok berbeda bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. kemudian,
perasaan bias atau kebencian kepada out-group-
kepada “mereka” tampaknya memudar bersama dengan prasangka.
4.
Stereotip
Stereotip adalah kerangka perfikir
kognitif yang menyatakan bahwa semua orang yang menjadi bagian dari kelompok
social menunjukan karakteristik yang serupa. Stereotip sangat mempengaruhi
pemikiran social. Contoh, ketika teraktivita, stereotip membuat kita menarik
kesimpulan secara implisit tentang orang lain, kemuadian membuat informasi yang
tidak konsisten dengan stereotip menjadi konsisten dengan stereotip tersebut.
Stereotip implisit dapat diaktivasi secara otomatis oleh berbagai stimulus.
Walaupun kita tidak menyadari aktivasi tersebut, hal tersebut dapat sangat
mempengaruhi pemikiran kita tentang dan tingkah laku kita terhadap orang yang
menjadi sasaran stereotip ini. Contoh, orang yang memiliki prasangka yang
tinggi, berespons lebih cepat terhadap kata-kata yang berhubungan dengan
stereotip dari pada orang dengan prasangka yang lebih rendah.
5. Mekanisme kognitif lain
a) Ilusi tentang hubungan (illusory
correlation) yaitu kecenderungan melebih-lebihkan penilaian tingkah
laku negatif dalam kelompok yang relatif kecil. Efek ini terjadi karena
peristiwa yang jarang terjadi menjadikannya lebih menonjol dan dengan mudah
diingat; b) ilusi homogenitas Out-Group (illution of
out-group homogeneity) yaitu kecenderungan untuk mempersepsikan
orang-orang dari kelompok lain yang bukan kelompoknya sebagai orang yang
serupa. Lawan dari kecenderungan tersebut adalah perbedaan in-group
(in-group differentiation) yaitu kecenderungan untuk
mempersepsikan anggota kelompoknya dalam menunjukkan keragaman yang lebih besar
satu sama lain (lebih heterogen) daripada kelompok-kelompok lain. Contoh, efek
hubungan ilusi, beberapa psikolog social telah menyatakan bahwa efek hubungan
ilusi membantu menjelaskan mengapa banyak orang kulit putih di Amerika Serikat
melebih-lebihkan perkiraan tingkat kejahatan yang dilakukan oleh laki-laki
kulit hitam (Hamilton & Sherman, 1989 dalam Baron and Byrne, 2003). Untuk
banyak alasan konpleks laki-laki muda kulit hitam, ternyata, ditangkap karena
berbagai kejahatan dengan tingkat yang lebih tinggi dari pada laki-laki muda
kulit putih atau laki-laki Asia (United States The Partment Of Jactice, 1994
dalam Baron and Byrne 2003). Akan tetapi, orang kulit putih Amerika cenderung
melebih-lebihkan perkiraan perbedaan ini, dan hal ini dapat diinterprestasikan.
C.
Dampak Prasangka Sosial
Prasangka
sosial menurut Rose, (dalam Gerungan, 1981) dalam artikel Asep (2017) dapat
merugikan masyarakat secara dan umum dan organisasi khususnya. Hal ini terjadi
karena prasangka sosial dapat menghambat perkembangan potensi individu secara
maksimal. Selanjutnya Steplan et all, (1978) dalam Asep (2017) menguraikan bahwa prasangka sosial tidak saja
mempengaruhi perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat
membatasi kesempatan mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi
terhadap kelompok sasaran misalnya kelompok minoritas. Rosenbreg dan Simmons,
(1971) dalam Asep (2017) juga menguraikan bahwa prasangka sosial akan
menjadikan kelompok individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda
kedudukannya dan menjadikan mereka tidak mau bergabung atau bersosialisasi.
Apabila hal ini terjadi dalam organisasi atau perusahaan akan merusak
kerjasama. Selanjutnya diuraikan prasangka sosial dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama karena prasangka sosial merupakann pengalaman yang kurang
menyenangkan bagi kelompok yang diprasangkai tersebut. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian
tentang dampak prasangka sosial di atas adalah bahwa dengan adanya prasangka
sosial akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang dalam berbagai
situasi. Prasangka sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu
tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain. Apabila kondisi
tersebut terdapat dalam organisasi akan mengganggu kejasama yang baik sehingga
upaya pencapaian tujuan organisasi kurang dapat terealisir dengan baik
D.
Upaya
Mengurangi dan Mengatasi Prasangka Sosial
1.
Upaya
Mengurangi Prasangka Sosial
Prasangka sosial
adalah perilaku yang lebih banyak
merugikan daripada menguntungkan. Oleh karena itu, harus dicari solusi untuk
mengatasi atau mengurangi prasangka sosial. Untuk itu, Manstead dan Hewstone
dalam bukunya The Blackwell Encyclopedia
of Social Psychology memberikan pandangan untuk mengurangi prasangka sosial
dimulai pada pendidikan anak-anak di rumah oleh orangtuanya atau di sekolah
oleh guru-gurunya. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi atau mengurangi
prasangka sosial.
a. Kontak
atau Hubungan Secara Langsung (Direct Intergroup Contact)
Menurut salah
satu teori hubungan antarkelompok, yaitu the contact hypothesis, anggota
kelompok yang berbeda apalagi melakukan interaksi satu sama lain tidak akan
banyak berprasangka serta muncul sikap antarkelompok dan stereotip yang lebih
positif. Semakin banyak dan erat interaksi yang terjadi, prasangka dan
stereotipe negatif akan berkurang.
b. Mengoptimalkan
Peran Orangtua
Mengoptimalkan
perat orangtua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan media
massa untuk membentuk sikap menyukai atau tidak menyukai contoh perilaku yang
ditunjukan.
c. Menyadarkan
Individu untuk Belajar
Menyadarkan
individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar
mengenal dan memahami individu lain berdasarkan karakteristiknya yang unik,
tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu.
d. Tindakan
Hukum
Mengatasi dan
mengurangi prasangka sosial dapat dilakukan dengan penerapan hukum yang
menjungjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan
diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktor
lainnya. Alasan hukum dapat mengurangi prasangka sosial yaitu sebagai berikut.
1) Hukum
membuat diskriminasi menjadi perbuatan ilegal sehingga akan mengurangi tindakan
yang memojokkan pada kehidupan anggota-anggota minoritas.
2) Hukum
membantu untuk menetapkan atau memantapkan norma-norma dalam masyarakat, yaitu
hukum berperan dalam mendefinisikan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima
atau tidak dapat diterima dalam masyarakat.
3) Hukum
mendorong konformitas terhadap perilaku yang nondiskrimi-natif, yang pada
akhirnya akan menghasilkan internalisasi sikap tidak berprasangka melalui
proses persepsi diri atau pengurangan disonansi.
2.
Upaya
Mengatasi Prasangka
a. Dukungan
sosial dan dukungan institusional
Kerangka sosial
dan dukungan institusional dapat mendorong kontak lebih erat antaretnis yang
berbeda. Dukungan institusional ini diberikan oleh pihal otoritas yang
berwenang. Misalnya pemerintah, sekolah, pemimpin organisasi, orangtua, dan
lain-lain
b. Potensi
untuk saling mengenal
Hubungan
antaretnis yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antaranggota
kelompok etnis yang berbeda dapat mengurangi prasangka secara signifikan.
Hubungan itu dalam waktu yang cukup dan frekuensi yang tinggi, dan adanya kedekatan
yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antara anggota
kelompok etnis yang berkaitan
c. Adanya
status yang setara antara pihak-pihak yang berinteraksi
Dalam
masyarakat, organisasi, atau sekolah harus ada status yang setara antara
pihak-pihak yang berprasangka sebelum terjadi interaksi. Jika satu kelompok
etnis lebih dominan dibandingkan dengan kelompok etnis lain, interaksi
antarkelompok etnis belum tentu dapat mengurangi prasangka. Hal ini dikarenakan
sudah ada presdiposisi sebelumnya bahwa kelompok etnis yang satu lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok etnis yang lain. Misalnya, apabila satu kelompok
etnis selalu berada dalam posisi berkuasa, sedangkan yang lian dikuasai makan hubungan
antarkelompok tidak dapat mengurangi prasangka.
d. Kerja
sama
Anggota suatu
kelompok yang berprasangka terhadap kelompok lain melakukan kerja sama dalam
suatu kerja untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama harus konkret, skala
kecil, dan dapat dilakukan bersama-sama. Dengan cara ini mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain sehingga mengetahui dengan tepat keadaan
kelompok satu dengan kelompok lain.
BAB III
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Prasangka adalah sikap negative terhadap sesuatu. Objek
pasangka dapat individu, kelompok, atau ras. Prasangka mengandung unsur emosi
(suka-tidak suka) dan pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, tanpa diawali
dengan pertimbangan yang cermat. Biasanya ada unsur ketidakadilan dalam
prasangka karena keputusan yang diambil didasarkan atas penilaian yang lebih
subjektif atau emosional daripada pertimbangan berdasarkan fakta subjektif. Prasangka
memiliki tiga faktor utama, yaitu stereotip, jarak sosial, dan sikap
diskriminasi . Sumber
prasangka ada lima yaitu konflik
langsung antarakelompok, pengalaman awal, kategori social, stereotip,
mekanisme kognitif lain. Tentunya adanya prasangka ini dapat menganggu
interaksi seseorang dengan orang yang diprasangkainya dan dapat mengganggu
interaksi dalam kelompoknya dan mereka menjadi anggota. Beberapa
cara untuk mengatasi atau mengurangi prasangka sosial adalah dengan kontak atau hubungan secara langsung, mengoptimalkan peran orangtua, mengadarkan inividu untuk belajar, tindakan hukum.
B. Saran
1. Penulis
mengharapkan kepada pembaca agar dapat memahami makna prasangka social
2. Penulis
mengharapkan kepada pembaca agar dapat mengaplikasikan materi di atas dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Avianti. 2010. Prasangka: Penyebab, Dampak, dan
Cara Mengatasinya. https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/27/prasangka-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya/. Diakses pada tanggal
23 Okteber 2017 pukul 18.30 WIB.
Arifin, Bambang
Syamsul. 2015. Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.
Asep Dhermawan. 2017. Dampak Prasangka Sosial . https://agroedupolitan.blogspot.co.id/2017/03/dampak-prasangka-sosial.html. Diakses pada tanggal 23 Okteber 2017 pukul 17.00
WIB.
Baron,
Robert A., dan Donn Byrne. 2003. Psikologi
Sosial. Ed.10. Jakarta: Erlangga.