Sukses dengan Berfikir Positif
Kesuksesan dimasa depan merupakan dambaan setiap
insan di dunia, terutama kesuksesan dalam dunia karir. Kesuksesan karir hanya
akan didapat kalau seseorang menampakan karir dengan keyakinan, komitmen,
tekad, dan semangat yang kuat akan keberhasilan; dengan melakukan analisis
secara matang, adanya kesesuaian antara “ siapa saya” dengan “tuntutan dan
karakteristik pekerjaan yang akan dimasukinya”.[1]
Itu juga merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan seorang guru
bk/konselor di sekolah dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh
peserta didik agar dapat dikembangkan secara optimal. Tugas guru bk/konselor
diperjelas oleh Myers (1992) membatu individu untuk mengembangkan dirinya,
dalam arti mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu tersebut.[2]
Dengan guru bk/konselor dapat membimbing dalam pengembangan kemampuan peserta
didik diharapkan peserta didik dapat memilih karirnya sendiri sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya.
Keberhasilan dalam karir, semua itu berkaitan dengan
seberapa baik seseorang mengelolah diri sendiri, memahami orang lain dan
lingkungannya, serta berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.[3] Anda
adalah apa yang anda pikirkan dan keberhasilan anda ditentukan oleh anda
sendiri dan kemampuan anda menatap, mengubah, dan memberi makna pada
lingkungan.[4] Dalam al-Khawatir, Syekh
Muhammad Mutawilli al-Syawari mengatakan pikiran adalah alat ukur yang
digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih
menjamin masa diri dan keluargannya.[5] Kekuatan
pikiran mempengaruhi sikap kita, pikiran akan mempengaruhi akal yang membuat
anda berkonsentrasi pada sesuatu dan konsentrasi ini akan menyebabkan perasaan
mendorong anda untuk bersikap.[6]
Pikiran yang positif akan mendorong kita perbuatan yang positif pula dan
pikiran negatif begitu pula sebaliknya. Dengan kita berfikir positif mengenai
diri sendiri dan mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dapat
diterima dengan positif, sehingga kita dapat mendorong kearah perubahan diri
yang lebih baik dan berguna untuk memutuskan jalan menuju cita-cita masa depan.
Kenapa penulis menganjurkan kita selalu berfikir positif? karena, pada 1986,
penelitian Fakultas Kedokteran di San Francisci menyebutkan bahwa lebih dari
80% pikiran manusia bersifat negatif.[7]
Maka tidak heran peserta didik merasa putus asa dan merasa tidak percaya diri
dengan kemampuan dirinya, hal tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi masa
depannya kelak. Oleh karena itu tugas dan peran guru bk/konselor tidak hanya
memberikan pengembangan bakat dan minat saja tetapi juga melatih peserta didik
untuk selalu berfikir positif mengenai dirinya sendiri. Karena yang dapat
merubah individu adalah individu sendiri yang berkemauan.
Mengenai bakat, bakat yang dimiliki anak-anak
berwarna-warni bagai pelangi. Setiap anak memiliki kepribadian dan caranya
tersendiri dalam menunjukan bakat mereka.[8]
Artinya. Ada anak yang tidak tampak jelas karena si anak sengaja memendamnya,
ada pula anak yang dengan gembira menunjukan kemampuan mereka.[9] Anak-anak
merupakan perpaduan kepribadian , emosi, talenta, gagasan, dan kreativitasan
yang menyebabkan bakat mereka tidak terlihat dengan mudah.[10]
Siswa yang memendam bakatnya dikarenakan berfikir negetif sehingga kepercaya
akan kamampuan diri tentu, ini berdampak buruk bagi siswa kedepannya. Menjadi pokok konselorlah untuk memahami
sebesar apa modal yang dimiliki siswa/klien dan mengupayakan…pengembangan modal
itu.[11] Bakat
terdapat dalam bermacam-macam kemasan, berikut beberapa tanda dan gejala yang
dapat diketahui anatara lain[12] :
1.
Si pemimpin:
memiliki kepribadian yang menyenangkan, selalu ingin memimpin dalamtugas atau
diskusi kelas.
2.
Si pemikir:
memiliki gagasan yang cemerlang tetapi pemalu sehingga tidak pernah memimpin
proyek.
3.
Si teka-teki:
selalu tertarik dan menyukai hal-hal yang rumit seperti fuzzle, dll.
4.
Si bintang
idola: selalu menampakan energi kreatif dalam bidangnya.
5.
Si ahli
berbicara: senang membaca berbagai topic dan mampu memberi tahu anda tentang
segala hal.
6.
Si ahli duniawi:
menyukai belajar dan tantangan.
7.
Si gelisah:
menyukai belajar dan tantangan. Bila tidak tantangan,ia mulai gelisah.
8.
Si pembicara:
kadang, (bahkan sering)mengacu di kelas karenatidak memahami pemikiran gurunya,
tidak dapat mengikuti setiap perkataan guru, selalu setiap hari.
9.
Si pemimpi:
tidak dapat menyimpan gagasannya dalam kepala.
10. Si cemerlang: selalu mendapat penghargaan.
Dalam pemahaman peserta didik tidak hanya diserahkan
kepada konselor/guru bk saja tetapi lingkugan sekitar pun perlu turut andil
dalam melihat pekembangan anak-anak. Diantaranya orangtua harus bekerja sama
dengan pihak sekolah . Adapun dafar
tugas: bakat anak di sekolah:[13]
1.
Cari tahu apakah
sekolah memperhatikan gejala-gejala yang ditemukan. Pertemuan orangtua dan guru
adalah waktu yang tepat karena orangtua dapat bertatap muka dengan guru dan
anak murid sehingga bebas untuk berdiskusi.
2.
Bentuk ujian
yang digunakan sekolah untuk melihat kemampuan siswa.
3.
Apakah ada
factor lainnya yang dirasa mendukung kemampuan siswa di sekolah seperti
hubungan dengan teman dan guru.
4.
Jika siswa
beranjak remaja, ingatkan guru-gurunya serta orangtua bahwa perkembangan
hormone dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak-anak.
5.
Ingat bahwa guru
ada untuk menolong dan memberi saran, dan mereka bersama dengan murid selama
lima hari dalam seminggu. Bekerja sama dengan mereka akan memberi orangtua
murid kesempatan untuk membuat rencana terbaik bagi keberhasilan anaknya.
6.
Bila orangtua
murid, siswa, dan pihak sekolah telah berhasil membuat rencana tindakan, buat
jadwal untuk memeriksa kemajuan rencana atau lakukan penyesuaian saat itu juga.
Oleh
karena itu perana orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan keputusan
yang diambil anak, biarkan mereka bebas memilih masa depannya sendiri. Bila
orangtua memaksakan kehendak, anak-anak akan memberontak dan berujung pada
pertikaia. Serta orangtua anak dalam membengun rencana hidup diri mereka
sendiri juga sekaligus mengajarkan pentingnya tanggung jawab atas perkembangan
mereka.[14]
Kenapa
dunia pendidikan berperan penting dalam masa depan siswa ? karena, dunia
pendidikan adalah awal yang ikut menentukan karir seseorang.[15]
Walaupun secara rill siswa belum melakukan pilihan pekerjaan pada saat yang
bersangkutan memasuki suatu lembaga pendidikan,, namun tidak dapat dibantahkan
bahwa nilai intrinsic pendidikan untuk menumbuh kembangkan tiap individu secara
optimal sesuai keberadaanya, dan nilai instrumentalnya untuk memberikan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sebagai persiapan dan instrumen untuk
melanjutkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat sangat berperan.[16]
Apabila kedua nilai tidak terakomodinir dengan baik, maka tiap individu yang
mengikuti pendidikan tidak akan berkembang dengan optimal.[17] Jadi
sekolah membantu siswa untuk mengembangkan tiap-tiap kemampuan serta ketempilan
yang dimiliki agar terbentuk secara optimal. Dengan begitu kepercayaan diri
siswa akan tumbuh dan peluang karir kedepanpun terbuka lebar.
Rasa percaya diri merupakan dorongan seseorang untuk
maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri.[18]
Apa pun tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi apa pun ia akan menggapai
cita-citanya.[19] Itu semua terbentuk
karena berfikir secara positif mengenai keadaan dirinya secara untuh. Guru
bk/konselor yang telah menumbuhkan rasa percaya diri kepada setiap siswa maka,
siswa akan bersungguh-sungguh dengan apa yang dicita-citakan serta tidak mudah
putus asa apabila mengalami kegagalan. Ketika
siswa berfikir negatif setelah mengalami kegagalan maka yang terus difikiran
hal-hal yang negative pula, dimana pikiran akan membuka file-file yang sejenis,
seperti rasa putus asa, cemas, dan lain-lainnya sehingga siswa takut untuk
mencoba kembali. Dan akan terbentuk hukum berfikir pararel, “apapun yang anda
pikirkan pasti menyebar luas dengan sesuai dengan apa yang anda pikirkan. Akal
pun memberinya data yang sejenis dengan pikiran itu yang tersimpan dalam
memori”.[20] Bila kita telusuri penjelasan psikoalanisa pada tahapan-tahapan
perkembangan kepribadian seseorang, terutama tahap infail yang kursial dalam pembentukan
kepribadian individu, di mana pada tahapan ini rasa cemas, emosi dan aman
muncul pertama kali dan ini sangat membekas pada tahapan perkembangan
selanjutnya.[21] Tentu bila anak pada
proses awal ini didominasi oleh kejadian-kejadian yang menimbulkan perasaan
cemas maka kelak akan tumbuh sebagai individu dengan pribadian mudah cemas atau
pun emosi tak terkendali, dan sebaliknya bila didominasi oleh kejadian-kejadian
yang menimbulkan rasa aman dan hal positif lainnya, maka kelak akan tumbuh
menjadi individu dengan kepribadian yang hangat, tenang, dan penuh percarya
diri.[22] Oleh
sebab itu ketika siswa mengalami kegagalan diharapkan guru bk/konselor dapat mendampingi
siswa dalam menghadapi masalah sampai permasalahnya dapat diselesaikan secara
mandiri.
Lalu bagaimanakah kita berfikir positif ? berikut
penulis akan menjelaskan bagaimana strategi berfikir positif. Hal yang pertama
adalah:
1.
Strategi
mengubah masa lalu
Pikirkan satu
pengalaman negative yang pernah anda alami pada masa lalu, lantas perhatikann
ekspresi wajah, gerak tubuh, perasaan, dan perilaku anda. Lalu pikirkan
pelajaran yang dapat dari pengalaman itu. Bayangkan waktu membawa anda kembali
ke masa lalu dan menghadapi peristiwa yang sama..gunakan keterampilan yang
telah anda pelajari, perhatikan perasaan, pasti anda meresa lebih baik karena
anda memanfaatkan pelajaran yang telah anda dapatkan. Persepsi dan pikiran anda
positif hingga perasaan anda ikut positif. Lalu bayangkan anda menghadapi
masalah serupa di masa yang akan datang…akal anda pasti semakin lihai
berinteraksi dengan masalah itu.[23]
2.
Strategi teladan
(modelling)
Pikirkan satu masalah
yang pernah anda hadapi dalam hidup. Bayangkan seseorang yang anda idolakan
karena ketenangan dan kebijaksanaannya. Bayangkan tokoh idola anda yang
menghadapi masalah ini, kemudian Tanya pada diri sendiri
a.
Bagaiman
ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya?
b.
Bagaiman perasaannya
?
c.
Bagaimana
konsentrasinya? Apakah ia seorang spritualis atau hanya berpikir duniawi?
d.
Apa tujuannya
menyikapi masalah ini? Apa yang ia lakukan?
Tulis atau pikirkan jawaban untuk pertanyaan di
atas. Bayakan anda menggukan cara-cara tokoh idol anda, dan perhatikan perasaan
anda. Sekarang, bayangkan anda sedang menghadapi masalah yang sama pada masa
yang akan dating. Perhatikan bagaimana anda menyikapinya.[24]
3.
Strategi orang
lain
Pikirkan bahwa anda
punya masalah dengan orang lain dalam masalah keluarga, pernikahan, propersi,
atau masyarakat. Bayakan di hadapan anda ada layar televise, panggung, atau
teater. Bayangkan anda dalam layar itu berhadapan dengan orang yang bermasalah
dengan anda.perhatikan gerakan tubuh , ekspresi, tarikan nafas anda, dan lain-lain.
Bayakan anda menjadi sosok orang itu. Sekarang kembalilah pada masalahnya, perhatikan
pelajaran yang dapat anda ambil darinya dan perubahan yang terjadi pada
perasaan dan perilaku anda. Lalu bayangkan anda menghadapi keadaan yang sama
pada masa yang akan datang, baik dengan orang yang sama atau orang lain.[25]
4.
Strategi
mengubah konsentrasi
Pikirkan satu
pengalaman negative yang pernah anda alami baru-baru ini.
Ajukan beberapa
pertanyaan berikut ini pada diri anda :
a.
Apa masalah yang
sebenarnya ?
b.
Sejak kapan anda
menghadapi masalah ini ?
c.
Mengapa anda
menghadapi masalah ini ?
d.
Siapa yang
menyebabkan masalah ini hadir dalam kehidupan anda ?
e.
Bagaimana
masalah ini menghalangi impian hidup anda ?
f.
Kapan masalah
ini menimbulkan dampak paling buruk ?
Setelah menjawab pertanyaan di atas, ceritakanlah
perasaan anda. Perasaan anda pasti negative karena pertanyaan-pertanyaan di
atas memusatkan anda pada masalah dan sifat negatifnya. setelah itu gunakan
konsentrasi positif, pikirkan masalah yang sama dan jawab pertanyaan berikut
ini:
a.
Apa yang anda
inginkan ?
b.
Mengapa anda
menginginkannya ?
c.
Kapan anda
menginginkannya?
d.
Bagaimana anda
dapat meraihnya ?
e.
Ketika berhasil
mendapatkan apa yang anda inginkan, apa yang terasa lebih baik dalam hidup anda
?
f.
Hambatan apa
yang mungkin menghalangi anda ?
g.
Bagaiman cara
terbaik menyelesaikan hambatan ini ?
h.
Apa yang harus
anda mulai lakukan saat meraih apa yang yang anda inginkan ?
Setelah menjawab pertanyaan di atas, bagaimana
perasaan anda ? perasaan anda tentu berbeda karena konsentrasi yang pertama
bersifat negative, sedangkan konsentrasi kedua bersifat positif dan memotivasi
anda menyelesaikannya.[26]
Berikut
merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk berfikir positif. Cara tersebut
dapat dilakukan oleh seorang guru bk/konselor dalam menanangani masalah siswa
dengan mengubah cara berfikir negative menjadi positif. Diharapkan ketika siswa
masalah yang serupa, dapat semakin lihai berinteraksi dengan masalah seperti
itu. Sehingga mengejar kesuksesan di masa yang akan datang pun dapat diraih.
Untuk itu diperlukan pemberian layanan pembekalan
untuk siswa menggunakan layanan bimbingan klasikal yaitu guru bk/konselor
melakukan kontak langsung dengan siswa. Dalam memberikan layanan klasikal
dibutuhkan media yang tepat. Miarso (1986) menyatakan media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.[27]
Jadi media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa/konseli untuk memahami diri, mengarahkan
diri, mengambil keputusan serta memcahkan masalah yang dihadapi.[28]
Adapum media yang digunakan adalah media Objek dan media Interaktif. Media
objek merupaka media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam
bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya,
bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya.[29]
Dalam bimbingan dan konseling, media objek ini contohnya adala pohon harapan. Lalu
karekteristik terpenting media Interaktif adalah bahwa siswa tidak hanya
memperhatikan media atau objek saja, melainkan jiga dituntut untuk berinteraksi
salama mengikuti layanan dan konseling.[30]
Interaksi yang dilakukan adalah menunjukan siswa berinteraksi dengan sebuah
program, misalnya siswa diminta mengisi isian angket atau inoventory pada program aplikasi tertentu dengan menggunakan
computer.[31] Melalui interaksi ini
pada akhirnya siswa mampu memahami diri dan memecahkan masalahnya, misalnya
program pemahaman minat, program pemahaman pengembangan diri,program konseling
interaktif dan sebagainya.[32]
DAFTAR PUSTAKA
Elfiky, Ibrahim. 2014. Terapi Berfikir Positif. Cet. XV. Jakarta: Zaman.
Muis, Saludin. 2009. Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya Dari Sudut Pandang Teori
Psikoanalisa. Cet. I. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nursalim, Mochamad. 2015. Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Cet. II. Jakarta:
Indeks.
Prayitno, dan Erman Amti. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Cet. III. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tynan, Bernadette. 2005. Melatih Anak Berfikir Seperti
Jenius. Menemukan dan Mengembangkan Bakat Setiap Anak. Cet. I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusuf, A. Muri. 2005. Kiat Sukses Dalam Karier. Cet. II. Bogor:
Ghalia Indonesia.
[1] A.
Muri Yusuf, 2005. Kiat Sukses Dalam Karir.
Bogor: Gahlia Indonesia, hlm. 21, Cet.II
[2]
Prayitno dan Erman Amti, 2013. Dasar-Dasar
Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 114, Cet.III
[3] A.
Muri Yusuf, Op. Cit., hlm. 1
[4] Ibid., hlm. 2
[5]
Ibrahim Elfiky, 2014. Terapi Berfikir
Positif. Jakarta: Zaman, hlm. 3, Cet.XV
[6] Ibid., hlm. 36
[7]
Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 4
[8]
Bernadette Tynan, 2005. Melatih Anak
Berfikir Seperti Jenius., Menemukan dan Mengembangkan Bakat Setiap Anak.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 31, Cet.I
[9] Ibid.
[10] Ibid, hlm. 36
[11]
Prayitno dan Erman Amti, Ibid., hlm.
160
[12]
Bernadette Tynan, Op. Cit., hlm. 36
[13] Ibid., hlm. 42
[14]Ibid., hlm. 43
[15]
A. Muri Yusuf, Op. Cit., hlm. 41
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18]
Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 54
[19] Ibid.
[21]
Saludin Muis, 2009. Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya. Yogyakarta: Graha
Ilmu, hlm. 85, Cet.I
[22] Ibid.
[23]
Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 272
[24] Ibid., hlm. 276
[25] Ibid., hlm. 280
[26] Ibid., hlm. 282-283
[27]
Mochamad Nursalim, 2015. Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling .
Jakarta: Indeks, hlm. 5, Cet.II
[28] Ibid., hlm. 6
[29] Ibid., hlm. 20
[30] Ibid., hlm. 21
[31] Ibid.
[32] Ibid.