daun



Jumat, 12 Mei 2017

Meraih Kesuksesan Dengan Berfikir Positif dalam Bidang Karir


  Sukses dengan Berfikir Positif
 
Kesuksesan dimasa depan merupakan dambaan setiap insan di dunia, terutama kesuksesan dalam dunia karir. Kesuksesan karir hanya akan didapat kalau seseorang menampakan karir dengan keyakinan, komitmen, tekad, dan semangat yang kuat akan keberhasilan; dengan melakukan analisis secara matang, adanya kesesuaian antara “ siapa saya” dengan “tuntutan dan karakteristik pekerjaan yang akan dimasukinya”.[1] Itu juga merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan seorang guru bk/konselor di sekolah dalam mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta didik agar dapat dikembangkan secara optimal. Tugas guru bk/konselor diperjelas oleh Myers (1992) membatu individu untuk mengembangkan dirinya, dalam arti mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu tersebut.[2] Dengan guru bk/konselor dapat membimbing dalam pengembangan kemampuan peserta didik diharapkan peserta didik dapat memilih karirnya sendiri sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Keberhasilan dalam karir, semua itu berkaitan dengan seberapa baik seseorang mengelolah diri sendiri, memahami orang lain dan lingkungannya, serta berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.[3] Anda adalah apa yang anda pikirkan dan keberhasilan anda ditentukan oleh anda sendiri dan kemampuan anda menatap, mengubah, dan memberi makna pada lingkungan.[4] Dalam al-Khawatir, Syekh Muhammad Mutawilli al-Syawari mengatakan pikiran adalah alat ukur yang digunakan manusia untuk memilih sesuatu yang dinilai lebih baik dan lebih menjamin masa diri dan keluargannya.[5] Kekuatan pikiran mempengaruhi sikap kita, pikiran akan mempengaruhi akal yang membuat anda berkonsentrasi pada sesuatu dan konsentrasi ini akan menyebabkan perasaan mendorong anda untuk bersikap.[6] Pikiran yang positif akan mendorong kita perbuatan yang positif pula dan pikiran negatif begitu pula sebaliknya. Dengan kita berfikir positif mengenai diri sendiri dan mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dapat diterima dengan positif, sehingga kita dapat mendorong kearah perubahan diri yang lebih baik dan berguna untuk memutuskan jalan menuju cita-cita masa depan. Kenapa penulis menganjurkan kita selalu berfikir positif? karena, pada 1986, penelitian Fakultas Kedokteran di San Francisci menyebutkan bahwa lebih dari 80% pikiran manusia bersifat negatif.[7] Maka tidak heran peserta didik merasa putus asa dan merasa tidak percaya diri dengan kemampuan dirinya, hal tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi masa depannya kelak. Oleh karena itu tugas dan peran guru bk/konselor tidak hanya memberikan pengembangan bakat dan minat saja tetapi juga melatih peserta didik untuk selalu berfikir positif mengenai dirinya sendiri. Karena yang dapat merubah individu adalah individu sendiri yang berkemauan. 
Mengenai bakat, bakat yang dimiliki anak-anak berwarna-warni bagai pelangi. Setiap anak memiliki kepribadian dan caranya tersendiri dalam menunjukan bakat mereka.[8] Artinya. Ada anak yang tidak tampak jelas karena si anak sengaja memendamnya, ada pula anak yang dengan gembira menunjukan kemampuan mereka.[9] Anak-anak merupakan perpaduan kepribadian , emosi, talenta, gagasan, dan kreativitasan yang menyebabkan bakat mereka tidak terlihat dengan mudah.[10] Siswa yang memendam bakatnya dikarenakan berfikir negetif sehingga kepercaya akan kamampuan diri tentu, ini berdampak buruk bagi siswa kedepannya.   Menjadi pokok konselorlah untuk memahami sebesar apa modal yang dimiliki siswa/klien dan mengupayakan…pengembangan modal itu.[11] Bakat terdapat dalam bermacam-macam kemasan, berikut beberapa tanda dan gejala yang dapat diketahui anatara lain[12] :
1.      Si pemimpin: memiliki kepribadian yang menyenangkan, selalu ingin memimpin dalamtugas atau diskusi kelas.
2.      Si pemikir: memiliki gagasan yang cemerlang tetapi pemalu sehingga tidak pernah memimpin proyek.
3.      Si teka-teki: selalu tertarik dan menyukai hal-hal yang rumit seperti fuzzle, dll.
4.      Si bintang idola: selalu menampakan energi kreatif dalam bidangnya.
5.      Si ahli berbicara: senang membaca berbagai topic dan mampu memberi tahu anda tentang segala hal.
6.      Si ahli duniawi: menyukai belajar dan tantangan.
7.      Si gelisah: menyukai belajar dan tantangan. Bila tidak tantangan,ia mulai gelisah.
8.      Si pembicara: kadang, (bahkan sering)mengacu di kelas karenatidak memahami pemikiran gurunya, tidak dapat mengikuti setiap perkataan guru, selalu setiap hari.
9.      Si pemimpi: tidak dapat menyimpan gagasannya dalam kepala.
10.  Si cemerlang: selalu mendapat penghargaan.

Dalam pemahaman peserta didik tidak hanya diserahkan kepada konselor/guru bk saja tetapi lingkugan sekitar pun perlu turut andil dalam melihat pekembangan anak-anak. Diantaranya orangtua harus bekerja sama dengan pihak sekolah .  Adapun dafar tugas: bakat anak di sekolah:[13]
1.      Cari tahu apakah sekolah memperhatikan gejala-gejala yang ditemukan. Pertemuan orangtua dan guru adalah waktu yang tepat karena orangtua dapat bertatap muka dengan guru dan anak murid sehingga bebas untuk berdiskusi.
2.      Bentuk ujian yang digunakan sekolah untuk melihat kemampuan siswa.
3.      Apakah ada factor lainnya yang dirasa mendukung kemampuan siswa di sekolah seperti hubungan dengan teman dan guru. 
4.      Jika siswa beranjak remaja, ingatkan guru-gurunya serta orangtua bahwa perkembangan hormone dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak-anak.
5.      Ingat bahwa guru ada untuk menolong dan memberi saran, dan mereka bersama dengan murid selama lima hari dalam seminggu. Bekerja sama dengan mereka akan memberi orangtua murid kesempatan untuk membuat rencana terbaik bagi keberhasilan anaknya.
6.      Bila orangtua murid, siswa, dan pihak sekolah telah berhasil membuat rencana tindakan, buat jadwal untuk memeriksa kemajuan rencana atau lakukan penyesuaian saat itu juga.
Oleh karena itu perana orangtua sangat penting dalam memberikan dukungan keputusan yang diambil anak, biarkan mereka bebas memilih masa depannya sendiri. Bila orangtua memaksakan kehendak, anak-anak akan memberontak dan berujung pada pertikaia. Serta orangtua anak dalam membengun rencana hidup diri mereka sendiri juga sekaligus mengajarkan pentingnya tanggung jawab atas perkembangan mereka.[14] 
            Kenapa dunia pendidikan berperan penting dalam masa depan siswa ? karena, dunia pendidikan adalah awal yang ikut menentukan karir seseorang.[15] Walaupun secara rill siswa belum melakukan pilihan pekerjaan pada saat yang bersangkutan memasuki suatu lembaga pendidikan,, namun tidak dapat dibantahkan bahwa nilai intrinsic pendidikan untuk menumbuh kembangkan tiap individu secara optimal sesuai keberadaanya, dan nilai instrumentalnya untuk memberikan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sebagai persiapan dan instrumen untuk melanjutkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat sangat berperan.[16] Apabila kedua nilai tidak terakomodinir dengan baik, maka tiap individu yang mengikuti pendidikan tidak akan berkembang dengan optimal.[17] Jadi sekolah membantu siswa untuk mengembangkan tiap-tiap kemampuan serta ketempilan yang dimiliki agar terbentuk secara optimal. Dengan begitu kepercayaan diri siswa akan tumbuh dan peluang karir kedepanpun terbuka lebar.
Rasa percaya diri merupakan dorongan seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri.[18] Apa pun tantangan yang dihadapi dan dalam kondisi apa pun ia akan menggapai cita-citanya.[19] Itu semua terbentuk karena berfikir secara positif mengenai keadaan dirinya secara untuh. Guru bk/konselor yang telah menumbuhkan rasa percaya diri kepada setiap siswa maka, siswa akan bersungguh-sungguh dengan apa yang dicita-citakan serta tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan.  Ketika siswa berfikir negatif setelah mengalami kegagalan maka yang terus difikiran hal-hal yang negative pula, dimana pikiran akan membuka file-file yang sejenis, seperti rasa putus asa, cemas, dan lain-lainnya sehingga siswa takut untuk mencoba kembali. Dan akan terbentuk hukum berfikir pararel, “apapun yang anda pikirkan pasti menyebar luas dengan sesuai dengan apa yang anda pikirkan. Akal pun memberinya data yang sejenis dengan pikiran itu yang tersimpan dalam memori”.[20] Bila kita telusuri  penjelasan psikoalanisa pada tahapan-tahapan perkembangan kepribadian seseorang, terutama tahap infail yang kursial dalam pembentukan kepribadian individu, di mana pada tahapan ini rasa cemas, emosi dan aman muncul pertama kali dan ini sangat membekas pada tahapan perkembangan selanjutnya.[21] Tentu bila anak pada proses awal ini didominasi oleh kejadian-kejadian yang menimbulkan perasaan cemas maka kelak akan tumbuh sebagai individu dengan pribadian mudah cemas atau pun emosi tak terkendali, dan sebaliknya bila didominasi oleh kejadian-kejadian yang menimbulkan rasa aman dan hal positif lainnya, maka kelak akan tumbuh menjadi individu dengan kepribadian yang hangat, tenang, dan penuh percarya diri.[22] Oleh sebab itu ketika siswa mengalami kegagalan diharapkan guru bk/konselor dapat mendampingi siswa dalam menghadapi masalah sampai permasalahnya dapat diselesaikan secara mandiri.
Lalu bagaimanakah kita berfikir positif ? berikut penulis akan menjelaskan bagaimana strategi berfikir positif. Hal yang pertama adalah:
1.      Strategi mengubah masa lalu
Pikirkan satu pengalaman negative yang pernah anda alami pada masa lalu, lantas perhatikann ekspresi wajah, gerak tubuh, perasaan, dan perilaku anda. Lalu pikirkan pelajaran yang dapat dari pengalaman itu. Bayangkan waktu membawa anda kembali ke masa lalu dan menghadapi peristiwa yang sama..gunakan keterampilan yang telah anda pelajari, perhatikan perasaan, pasti anda meresa lebih baik karena anda memanfaatkan pelajaran yang telah anda dapatkan. Persepsi dan pikiran anda positif hingga perasaan anda ikut positif. Lalu bayangkan anda menghadapi masalah serupa di masa yang akan datang…akal anda pasti semakin lihai berinteraksi dengan masalah itu.[23]
  
2.      Strategi teladan (modelling)
Pikirkan satu masalah yang pernah anda hadapi dalam hidup. Bayangkan seseorang yang anda idolakan karena ketenangan dan kebijaksanaannya. Bayangkan tokoh idola anda yang menghadapi masalah ini, kemudian Tanya pada diri sendiri
a.       Bagaiman ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya?
b.      Bagaiman perasaannya ?
c.       Bagaimana konsentrasinya? Apakah ia seorang spritualis atau hanya berpikir duniawi?
d.      Apa tujuannya menyikapi masalah ini? Apa yang ia lakukan?
Tulis atau pikirkan jawaban untuk pertanyaan di atas. Bayakan anda menggukan cara-cara tokoh idol anda, dan perhatikan perasaan anda. Sekarang, bayangkan anda sedang menghadapi masalah yang sama pada masa yang akan dating. Perhatikan bagaimana anda menyikapinya.[24]  
3.      Strategi orang lain
Pikirkan bahwa anda punya masalah dengan orang lain dalam masalah keluarga, pernikahan, propersi, atau masyarakat. Bayakan di hadapan anda ada layar televise, panggung, atau teater. Bayangkan anda dalam layar itu berhadapan dengan orang yang bermasalah dengan anda.perhatikan gerakan tubuh , ekspresi, tarikan nafas anda, dan lain-lain. Bayakan anda menjadi sosok orang itu. Sekarang kembalilah pada masalahnya, perhatikan pelajaran yang dapat anda ambil darinya dan perubahan yang terjadi pada perasaan dan perilaku anda. Lalu bayangkan anda menghadapi keadaan yang sama pada masa yang akan datang, baik dengan orang yang sama atau orang lain.[25]   

4.      Strategi mengubah konsentrasi
Pikirkan satu pengalaman negative yang pernah anda alami baru-baru ini.
Ajukan beberapa pertanyaan berikut ini pada diri anda :
a.       Apa masalah yang sebenarnya ?
b.      Sejak kapan anda menghadapi masalah ini ?
c.       Mengapa anda menghadapi masalah ini ?
d.      Siapa yang menyebabkan masalah ini hadir dalam kehidupan anda ?
e.       Bagaimana masalah ini menghalangi impian hidup anda ?
f.       Kapan masalah ini menimbulkan dampak paling buruk ?
Setelah menjawab pertanyaan di atas, ceritakanlah perasaan anda. Perasaan anda pasti negative karena pertanyaan-pertanyaan di atas memusatkan anda pada masalah dan sifat negatifnya. setelah itu gunakan konsentrasi positif, pikirkan masalah yang sama dan jawab pertanyaan berikut ini:
a.       Apa yang anda inginkan ?
b.      Mengapa anda menginginkannya ?
c.       Kapan anda menginginkannya?
d.      Bagaimana anda dapat meraihnya ?
e.       Ketika berhasil mendapatkan apa yang anda inginkan, apa yang terasa lebih baik dalam hidup anda ?
f.       Hambatan apa yang mungkin menghalangi anda ?
g.      Bagaiman cara terbaik menyelesaikan hambatan ini ?
h.      Apa yang harus anda mulai lakukan saat meraih apa yang yang anda inginkan ?
Setelah menjawab pertanyaan di atas, bagaimana perasaan anda ? perasaan anda tentu berbeda karena konsentrasi yang pertama bersifat negative, sedangkan konsentrasi kedua bersifat positif dan memotivasi anda menyelesaikannya.[26]
Berikut merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk berfikir positif. Cara tersebut dapat dilakukan oleh seorang guru bk/konselor dalam menanangani masalah siswa dengan mengubah cara berfikir negative menjadi positif. Diharapkan ketika siswa masalah yang serupa, dapat semakin lihai berinteraksi dengan masalah seperti itu. Sehingga mengejar kesuksesan di masa yang akan datang pun dapat diraih.     
Untuk itu diperlukan pemberian layanan pembekalan untuk siswa menggunakan layanan bimbingan klasikal yaitu guru bk/konselor melakukan kontak langsung dengan siswa. Dalam memberikan layanan klasikal dibutuhkan media yang tepat. Miarso (1986) menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.[27] Jadi media bimbingan dan konseling adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa/konseli untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta memcahkan masalah yang dihadapi.[28] Adapum media yang digunakan adalah media Objek dan media Interaktif. Media objek merupaka media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya.[29] Dalam bimbingan dan konseling, media objek ini contohnya adala pohon harapan. Lalu karekteristik terpenting media Interaktif adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan jiga dituntut untuk berinteraksi salama mengikuti layanan dan konseling.[30] Interaksi yang dilakukan adalah menunjukan siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya siswa diminta mengisi isian angket atau inoventory pada program aplikasi tertentu dengan menggunakan computer.[31] Melalui interaksi ini pada akhirnya siswa mampu memahami diri dan memecahkan masalahnya, misalnya program pemahaman minat, program pemahaman pengembangan diri,program konseling interaktif dan sebagainya.[32]



DAFTAR PUSTAKA

Elfiky, Ibrahim. 2014. Terapi Berfikir Positif. Cet. XV. Jakarta: Zaman.
Muis, Saludin. 2009. Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya Dari Sudut Pandang Teori Psikoanalisa. Cet. I. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nursalim, Mochamad. 2015. Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Cet. II. Jakarta: Indeks.
Prayitno, dan Erman Amti. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Cet. III. Jakarta: Rineka Cipta.
Tynan, Bernadette. 2005. Melatih Anak Berfikir Seperti Jenius. Menemukan dan Mengembangkan Bakat Setiap Anak. Cet. I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yusuf, A. Muri. 2005. Kiat Sukses Dalam Karier. Cet. II.  Bogor: Ghalia  Indonesia.





[1] A. Muri Yusuf, 2005. Kiat Sukses Dalam Karir. Bogor: Gahlia Indonesia, hlm. 21, Cet.II
[2] Prayitno dan Erman Amti, 2013. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 114, Cet.III
[3] A. Muri Yusuf, Op. Cit., hlm. 1
[4] Ibid., hlm. 2
[5] Ibrahim Elfiky, 2014. Terapi Berfikir Positif. Jakarta: Zaman, hlm. 3, Cet.XV
[6] Ibid., hlm. 36

[7] Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 4
[8] Bernadette Tynan, 2005. Melatih Anak Berfikir Seperti Jenius., Menemukan dan Mengembangkan Bakat Setiap Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 31, Cet.I
[9] Ibid.
[10] Ibid, hlm. 36
[11] Prayitno dan Erman Amti, Ibid., hlm. 160
[12] Bernadette Tynan, Op. Cit., hlm. 36
[13] Ibid., hlm. 42
[14]Ibid., hlm. 43
[15] A. Muri Yusuf, Op. Cit., hlm. 41
[16] Ibid.
[17] Ibid.
[18] Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 54
[19] Ibid.
[20] Ibid., hlm. 97


[21] Saludin Muis, 2009.  Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 85, Cet.I
[22] Ibid.
[23] Ibrahim Elfiky, Ibid., hlm. 272

[24] Ibid., hlm. 276
[25] Ibid., hlm. 280

[26] Ibid., hlm. 282-283
[27] Mochamad Nursalim, 2015.  Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling . Jakarta: Indeks, hlm. 5, Cet.II

[28] Ibid., hlm. 6
[29] Ibid., hlm. 20
[30] Ibid., hlm. 21
[31] Ibid.
[32] Ibid.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar